Tari Rejang Keraman adalah merupakan tarian
sacral yang di tarikan oleh putra dan putri yang baru menginjak dewasa. Tarian
ini merupakan ungkapan rasa gembira dari masyarakat serta merupakan cetusan
hati serta rasa bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa karna telah
melimpahkan segala hasil yang dapat memberikan kebahagian tersendiri. Tarian
ini di pentaskan pada saat Ngusaba Agung yang bertepatan dengan Purnama Kapat
yang datangnya tiga tahun sekali
Sejarah Tari Rejang Keraman
Sejarah Tari Rejang Keraman tertulis dalam
lontar Purwagama hasil karya Rsi Markandeya pada saat itu beliau menyebarkan
Agama Hindu di Bali dan menjadi Bagawanta Puri pada abad XVI. Bahasa yang di
gunakan dalam penulisan sejarah adalah bahasa sederhana. Sedangkan Tari Rejang
Keraman yang di pentaskan dalam Upacara Ngusaba Agung di Pure Puseh Desa Kedis
mengikuti hasil pesamuhan para Pengelingsir Desa Kedis saat pembentukan Desa
Kedis. Tarian ini di pentaskan secara turun – temurun setiap Upacara Ngusaba
Agung di Pura Puseh Desa Kedis.
Tujuan Dilaksanakan Tari Rejang
Keraman
Tujuan dipentaskan Tari Rejang Keraman di Desa
Kedis adalah merupakan tarian untuk Upacara Ngeraja Sewala, sebagai kewajiban
bagi anggota truna – truni ngaturang ayah, untuk melanjutkan warisan leluhur
secara turun – temurun. Sebagai cetusan rasa bhakti terhadap Ida Sang Hyang
Widhi Wasa beserta manifestasinya.
Sarana Tari Rejang Keraman
Sarana yang dipakai dalam pementasan Tari Rejang
Keraman adalah Upakara yang terdiri dari banten byakala, sesayut durmenggala,
prayascita, suci, sesayut amertasari serta pakaian penari, tetabuhan dan
Nyanyian.
Rangkaian Pelaksanaan Pementasan
Tari Rejang Keraman
Tari Rejang Keraman terdiri dari dua kelompok
yaitu : satu kelompok putra dan putri, satu kelompok yang semuanya baru
menginjak remaja (menek bajang). Pakaian Penari yaitu : Penari putrid
berpakaian payas janger sedangkan penari putra memekai payas baris. Barisan
penari di urut sesuai dengan kedatangan masuk menjadi krama Desa Kedis,
berkelompok dalam satu dadia atau sekehe sanggah (merajan) dengantidak
membedakan kasta. Tari Rejang Keraman dipentaskan setiap tiga tahun sekali pada
saat Purnama Kapat bertepatan dengan upacara Ngusaba Agung di Pura Puseh, serta
di pentaskan secara berturut – turut tiga kali. Pada saat terakhir menariakn
Tari Rejang Keraman ini, para penari natab sesayut amertasari yang merupakan
Upacara Ngeraja Sewala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar